Manado, Infosulut.id – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sulut) mengambil langkah antisipasi dalam menghadapi bencana alam.
Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) menghadapi bencana alam Hidrometeorologi, Rabu (12/10) di Ruang CJ Rantung Kantor Gubernur.
Rakor ini menghadirkan pihak BMKG dan Basarnas beserta para unsur Forkopimda dan diikuti pejabat teras Pemprov Sulut serta berbagai pemangku kepentingan.
Sebelumnya, BMKG musim akan memberitahukan kepada masyarakat Sulut bahwa hujan dimulai pada Oktober-November 2022. Menurut BMKG, sesuai data hujan akan berlangsung hingga Maret 2023.
Berikut penjelasan lengkap dari BMKG atau Badan Metereologi, Krimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Sulawesi Utara atau Sulut.
Pihak BMKG Sulawesi Utara Iryanto Marmin Suwirono menggunakan data rata-rata curah hujan periode tahun 1991-2020 normal terbaru wilayah Sulawesi Utara, terdiri atas 10 ZOM yaitu 3 tipe monsunal, 6 tipe ekuatorial, dan 1 tipe lokal.
Musim hujan 2022/2023 di wilayah Sulawesi Utara diprakirakan maju tiga dasarian hingga mundur satu dasarian dibandingkan dengan normalnya.
Prakiraan sifat musim hujan di wilayah Sulawesi Utara mengalami sebagian besar pada normalnya.
Hanya pada ZOM 497 yang mengalami sifat musim hujan di atas normal. Sementara puncak Musim Hujan 2022-2023 di Sulawesi Utara diprediksi akan terjadi pada bulan November 2022 sampai Maret 2023.
Untuk Kota Manado dan sekitarnya puncak musim hujan di prediksi terjadi pada bulan Januari 2023.
Untuk menghadapi kondisi puncak musim hujan perlu di waspadai wilayah yang rentan terhadap bencana yang
timbul dari curah hujan yang tinggi antara lain bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat, angin kencang, gelombang tinggi, banjir dan tanah longsor.
Hidrometeorologi adalah cabang ilmu dari meteorologi yang memelajari siklus udara, curah hujan, dan berkaitan dengan iklim dan cuaca.
Dengan kata lain, hidrometeorologi mencakup fenomena yang terjadi di atmosfer (meteorologi), udara (hidrologi), dan lautan (oseanografi).
Dalam arahnya, Wagub Steven Kandouw menyebut Rakor ini atas perintah Gubernur Olly Dondokambey untuk memastikan kwaspadan masyarakat Sulut terhadap bencana.
“Sulut memasuki musim penghujan dengan potensi bencana yang tinggi. Perintah Pak Gubernur kita mengantisipasi untuk mengantisipasi fenomena alam yang tidak bisa kita tolak,” ujar Steven Kandouw.
Dalam rapat tersebut Rakor tersebut Wagub Steven Kandouw memastikan para pemangku kepentingan dan istansi terkait mematangkan tupoksi masing-masing.
“Benang merah dengan bencana, PU Balai Jalan, Balai Air, infrastruktur, tolong antisipasi dengan baik. Antisipasi daerah rawan longsor,” kata Steven Kandouw.
Apalagi, Wagub menyebut, wilayah jalan nasional rawan longsor. Mulai dari Tomohon-Manado, Manado-Amurang, lintas Timur-Barat jalan nasional, termasuk Kotamobagu-Bolsel.
“Itu rawan sekali. Mulai dari sebelum masuk Kotamobagu juga. Sampai sekarang masih terjadi longsor, apalagi saat hujan,” tuturnya.
Selain itu, Dinas Sosial, kata wagub, harus waspada stok logistik pascabencana. Jangan sampai kurang.
Sementara tugas Dinas Kesehatan harus stand by betul-betul.
“Kita harus ikhtihar, zero korban agar tak ada korban,” tukasnya.
Usai rapat, Wagub Kandouw kepada wartawan kembali menegaskan tupoksi instansi terkait.
“Seluruh pemangku kepentingan berkoordiasi untuk mengantisipasi fenomena alam yang tak bisa kita tolak,” akunya.
Ia meminta rapat ini dilanjutkan ke tingkat paling bawah.
“Harus dilanjutkan ke tingkat paling bawah kabupaten/kota terutama ke masyarakat bahwa Sulut sesuai dengan lapotan BMKG memasuki musim penghujan sampai Februari mendatang. Konseskuensinya curah hujan tinggi, angin kencang dan gelombang tingggi,” tutupnya.(Kifli).